Kesalahan utama yang saya perhatikan terutama adalah dalam memposisikan objek. lampu kilat biasanya memiliki jangkauan yang terbatas, dan tergantung pada jenis kamera. Kamera saku biasanya memiliki kekuatan dan jangkauan yang lebih pendek daripada kamera digital SLR. Untuk itu, saya sarankan untuk mencobanya di rumah untuk mengetahui berapa jarak optimal lampu kilat Anda.
Untuk kamera digital SLR, biasanya jangkauan yang optimal sekitar satu sampai tiga meter. Bila objek Anda berada dibawah 1 meter, maka foto akan overexpose / terlalu terang, sedangkan kalau lebih jauh dari tiga meter, foto akan underexpose atau terlalu gelap. Maka dari itu mengukur atau memperkirakan jarak cukup penting.
Hal lain yang penting diperhatikan terutama bila kita mengambil foto banyak objek seperti mengambil foto banyak orang. Supaya wajah-wajah orang-orang terangnya sama, jarak antara lampu kilat ke tiap orang juga harus sama.
Contoh diagram:
Posisi objek diantara 1-3m atau jarak ideal lampu kilat dan juga jarak antara tiap objek/orang ke lampu kilat sama panjang |
Ada beberapa orang terlalu dekat dengan flash, ada pula dua orang terlalu kebelakang. Jarak antara tiap orang dengan lampu kilat tidak sama, sehingga hasil foto tidak baik |
Contoh foto dibawah saya ambil dari foto seseorang fotografer lain, fotografer itu mengunakan lampu kilat, perhatikan bahwa foto anak2 wajahnya jauh lebih terang daripada pemusik yang berada agak dibelakang karena dia mengabaikan aturan main diatas.
Contoh diatas menunjukkan bahwa jarak lampu kilat ke tiap orang berbeda, sehingga ada orang yang terlalu terang, ada yang pas dan ada yang gelap. |
Seringkali saat kita berada di tempat yang gelap seperti malam hari atau di dalam ruangan, kita terpaksa mengunakan flash. Tapi hasil dari mengunakan flash biasanya cukup mengecewakan. Tidak hanya terlihat tidak alami, tapi juga latar belakang biasanya menjadi hitam legam. Untung ada dua mode di dalam kamera Anda yang bisa membantu mengatasi hal ini.
Cari di panduan bila tidak tahu cara mengubah mode flash
Pertama adalah Slow sync flash. Saat mengunakan mode ini, kamera akan memperlama bukaan (slow shutter speed) sehingga semakin banyak cahaya lingkungan (ambient light) yang masuk ke dalam sensor. Akibatnya, di banyak kasus, foto akan terlihat lebih alami dan latar belakang menjadi lebih terang. Mode ini baik dipakai terutama untuk pemandangan malam atau di ruangan yang gelap.Dalam mengunakan mode ini, kita harus memperhatikan beberapa faktor. Yang terpenting adalah kita harus usahakan menghindari blur entah dengan mengunakan tripod atau mengunakan lensa atau kamera yang memiliki image stabilization. Dan faktor kedua adalah dengan white balance.
Contoh potret mengunakan slow sync flash - sumber: Photography Savvy |
Mode yang kedua yaitu Rear curtain sync. Bila mengaktifkan mode ini, kamera akan otomatis menginstruksikan kamera membuka sensor cukup lama sesuai kondisi cahaya di ruangan. Sedikit berbeda dengan Slow sync, Rear curtain sync akan menangkap gerakan subjek foto dan kemudian akan menembakkan flash sesaat sebelum kamera menutup sensor untuk membekukan foto. Aplikasi rear curtain flash yang biasa ditemukan yaitu untuk menangkap gerakan-gerakan orang yang sedang menari atau subjek lainnya.
Contoh teknik rear curtain flash. Gerakan penari terekam dan kemudian penari tersebut dibekukan sesaat sebelum kamera menutup sensor |
Dalam mode slow sync, kamera menembak flash sesaat setelah kamera membuka sensor, sedangkan di rear curtain sync, kamera menembak flash sesaat sebelum kamera menutup sensor.
Dari sifat yang ditunjukkan pada hasil foto diatas, maka bisa disimpulkan bahwa shutter speed menentukan berapa banyak cahaya lingkungan yang masuk.Mungkin bagi beberapa orang materi ini cukup berat untuk dicerna, maka dari itu, cobalah di praktekkan, dengan praktek, pengertian tentang mekanisme flash ini akan lebih mudah dimengerti. Selamat mencoba!
Tidak sulit untuk menjadi fotografer professional. "Fotografer itu tidak hanya harus Professional, tapi juga harus Proposional"
No comments:
Post a Comment