Friday, November 5, 2010

Hyperfocal Distance

Definisi Hyperfocal Distance

Penjabaran pertama yang mudah dari hyperfocal distance atau Jarak Hiperfokal adalah: jarak dari lensa ke suatu titik focus dimana dari titik focus tersebut ke infinity (tak terhingga) adalah tajam. Ditambah dgn bonus: setengah dari jarak dari titik tersebut kearah lensa juga ikut tajam (acceptable sharpness).

Kenapa saya sebut bonus? Karena sebetulnya kita meletakkan titik focus dari kamera/lensa kita pada titik jarak hiperfocal tersebut untuk mendapatkan bidang DOF (depth of field) seluasnya dari titik/jarak tersebut ke infiniti tapi krg lebih setengah jarak dari titik tersebut kedepan (kearah) lensa juga ikut tajam dalam batasan acceptable sharpness (ketajaman yang masih bisa diterima).

Dari Gambar ilustrasi pertama dibawah, Kalau kita mengintip dari viewfinder dan meletakkan titik focus pada titik A, maka dari titik A tersebut hingga infiniti akan masuk dalam bidang DOF (depth of field) atau sering disebut juga bidang tajam. Tapi kita juga mendaptakan bonus ketajaman yaitu setengah jarak dari titik A ke arah lensa juga ikut tajam. Atau dengan kata lain, dari titik B ke infiniti akan tajam.

Penjabaran kedua dari hyperfocal distance adalah: jarak dari lensa ke suatu titik dimana dari titik tersebut kedepan akan tajam jika lensa difocuskan pada titik infinity. Dengan kata lain dari titik tersebut hingga infiniti akan tajam.



Bagaimana menghitung Hyperfocal distance

Jarak hiperfocal untuk suatu lensa pada suatu panjang lensa (focal lenght) dan pada bukaan diafragma (apperture) tertentu dapat dihitung dengan rumus-rumus matematika yang, menurut saya, gampang-gampang susah.
Untuk lebih jelasnya rumus-rumus tersebut bisa di lihat di wikipedia.

Selain dengan menghitung manual, ada pula program yang bisa dipergunakan untuk menghitung dan mensimulasikan hyperfocal distance tersebut.
Program ini sangat memudahkan kita untuk menghitung hyperfocal distance dan juga kita bisa mendapatkan tabel jarak hyperfocalnya. Salah satu program yang saya gunakan bisa didapatkan di DOFMaster.

Dari Program DOF MAster tersebut, pada gambar ilustrasi kedua dibawah, digunakan sebuah disk/piringan dimana tanda/mark/notasi pada piringan terluar adalah merupakan tanda jarak (dalam meter), dan pada piringan dalam adalah tanda/notasi bukaan (aperture/f number) dari lensa yg digunakan.

Dengan menggunakan penjabaran pertama sebagai dasar, misalkan kita mempunyai wide lens 28mm, dan kita akan menggunakan f/22 untuk mendapatkan DOF atau bidang fokus (tajam) yang selebar2nya, maka kalau kita set notasi f22 yg diatas (yg dikotak kuning) pada infiniti, maka akan kita dapatkan jarak hiperfocal pada panah [A] pada 1.18m, dan setengah jarak hiperfokal pada notasi f22 yg dibawah [B] pada 0.59m.
Jadi [A] adalah hyperfocal distance atau titik A pada gambar ilustrasi pertama dan [B] adalah setengah jarak dari dari hyperfocal distance atau titik B pada gambar ilustrasi pertama.




Tapi pada saat kita dilapangan, kita tentu tidak ingin direpotkan dengan hitungan matematis tersebut, atau dengan membawa laptop atau bahkan PDA untuk dapat menghitung jarak hiperfokal suatu lensa pada bukaan/diafragma tertentu dgn program tersebut.
Dari tabel yang dapat dihasilkan oleh program tersebut, kita bisa melihat dgn secara pasti dan kita bisa menghapal, berapa jarak hiperfocal pada suatu bukaan diafragma (aperture). Dan kita tentu saja tidak perlu mengingat jarak-jarak tersebut pada semua bukaan diafragma (aperture). Cukup pada bukaan (aperture) terkecil misalnya f/22 atau f/16, karena disitu letak tujuan kita menggunakan jarak hiperfocal dgn bidang fokus tajam (DOF) seluas-luas nya sampai sedekat mungkin ke lensa.

Dan dari pengalaman saya, saya hanya cukup mengetahui untuk beberapa lensa lebar saja, atau lensa super wide zoom pada focal lenght tertentu saja. Tidak perlu semua... apalagi lensa-lensa tele.
Misalnya jika mempunya lensa 16-35mm atau 17-40 mm, kita hanya perlu mengetahui berapa jarak hiperfocal pada focal lenght 16 atau 17mm pada diafragma f/22 atau f/18 atau f/16. 





 
Tapi pada saat kita dilapangan, kita tentu tidak ingin direpotkan dengan hitungan matematis tersebut, atau dengan membawa laptop atau bahkan PDA untuk dapat menghitung jarak hiperfokal suatu lensa pada bukaan/diafragma tertentu dgn program tersebut.
Dari tabel yang dapat dihasilkan oleh program tersebut, kita bisa melihat dgn secara pasti dan kita bisa menghapal, berapa jarak hiperfocal pada suatu bukaan diafragma (aperture). Dan kita tentu saja tidak perlu mengingat jarak-jarak tersebut pada semua bukaan diafragma (aperture). Cukup pada bukaan (aperture) terkecil misalnya f/22 atau f/16, karena disitu letak tujuan kita menggunakan jarak hiperfocal dgn bidang fokus tajam (DOF) seluas-luas nya sampai sedekat mungkin ke lensa.

Dan dari pengalaman saya, saya hanya cukup mengetahui untuk beberapa lensa lebar saja, atau lensa super wide zoom pada focal lenght tertentu saja. Tidak perlu semua... apalagi lensa-lensa tele.
Misalnya jika mempunya lensa 16-35mm atau 17-40 mm, kita hanya perlu mengetahui berapa jarak hiperfocal pada focal lenght 16 atau 17mm pada diafragma f/22 atau f/18 atau f/16.


 
Apakah semua lensa dengan focal length tertentu akan mempunyai hyperfocal distance yang sama?

Ya. Apapun jenis dan type dan merek lensa, jika mempunya focal lenght yang sama akan memberikan jarak hiperfocal yang sama.

Satu faktor yang mempengaruhi jarak hiperfokal suatu lensa adalah dari type/jenis kameranya, atau lebih tepatnya bidang sensor atau film dimana cahaya jatuh.
Jadi sebuah kamera film 35mm atau kamera digital full frame (35mm) akan mempunyai jarak hiperfokal yang berbeda dgn kamera digital dgn crop faktor. Begitu pula jika dibandingkan dgn kamera medium format atau bahkan large format/field camera sekalipun.

Tabel dibawah adalah tabel jarak hiperfocal untuk kamera yg ber crop factor dgn lensa yg sama yaitu 28mm. Dapat kita lihat pada f/22 jarak hyperfocalnya adalah 1.41m. Berbeda dgn full frame (35mm) camera yang hanya 1.18m 


 Tabel dibawah adalah tabel jarak hiperfocal untuk kamera med-format 6x6 dgn lensa yg sama yaitu 28mm. Dapat kita lihat pada f/22 jarak hyperfocalnya adalah 0.8m

Tabel dibawah adalah tabel jarak hiperfocal untuk kamera large format 8x10 dgn lensa yg sama yaitu 28mm. Dapat kita lihat pada f/22 jarak hyperfocalnya adalah tingal 0.2m. Lensa2 pada med-format dan large-format bahkan bisa mempunyai bukaan diafragma (aperture) terkecil hingga f/32 atau f/64. KAlau kita lihat pada tabel dibawah pada f/64 jarak hiperfokal tinggal 0.09m atau 9cm, dgn closest focusing distance atau titik B tinggal 0.06m atau 6cm, yang artinya jari kita hampir menyentuh lensa pun sudah akan tajam hingga ke infiniti. Itulah kedasyatannya sebuah large format kalau mau diadu soal lebarnya DOF.

Hal yang mempengaruhi hal tersebut adalah diakibatkan oleh yg disebut "Circle of Confusion" yg tidak akan dibahas disini. Intinya, makin besar ukuran dari film atau sensor, maka Circle of Confusion nya akan membesar, yang mengakibatkan (berdasarkan rumus matematis) jarak hiperfocal akan semakin pendek.  


Kapan kita menggunakan hyperfocal distance

Pengetahuan akan jarak hiperfokal akan berguna saat kita ingin mengambil sebuah foto dimana ada elemen-elemen (atau benda-benda) dalam foto tersebut yang berjarak sangat dekat dari lensa kita. Misalnya sebuah batu atau permukaan tanah atau object apapun yang masuk ke dalam frame yang berjarak begitu dekat, hanya dalam hitungan jarak puluhan centimeter, atau bahkan lebih dekat lagi, dan kita memang menginginkan object tersebut tajam.
Dengan mengetahui jarak hiperfokal, kita mengetahui dimana kita meletakkan kamera+lensa dan dimana harus mem-focus-kannya, dengan keyakinan bahwa dari titik focus tersebut hingga ke infiniti akan tajam. Plus jangan lupa bonus bahwa setengah jarak kedepan juga akan ikut tajam.

Lain halnya jika kita mengunakan large format, dimana kalau kita set aperture ke f/64 maka kita sudah pasti akan mendapatkan bidang DOF yang seluas-luasnya hingga berjarak sangat dekat dari lensa. Untuk kita-kita yang masih menggunakan kamera full frame 35mm atau kamera digital ber-crop faktor, kita tidak memperoleh kemewahan tersebut karena jarak hiperfocalnya masih cukup jauh dalam hitungan puluhan centi-meter bahkan lebih.

Pada contoh foto dibawah, saya menginginkan garis pemisah jalan yg berwarna kuning itu dipergunakan sebagai elemen "leading line(s)" dari foto saya dan juga tektur permukaan jalan yang tidak rata sangat menarik dipergunakan sebagai foreground (FG). Dengan menentukan jarak hiperfocal, saya bisa memastikan bahwa tidak hanya pegunungan di BG yang tajam, tapi garis jalan dan tekstur jalan akan juga tajam dan jelas detailnya, walaupun ujung lensa hanya berjarak beberapa centimeter dr permukaan jalan.
Note: menggunakan lensa pada focal lenght 17mm




Contoh lain dari suatu shot di Tanah Lot. Kubangan air kecil di kiri itu besarnya hanya sedikit lebih besar dari diameter sebuah piring makan normal. Dengan memposisikan kamera +lensa sedemikian dekat ke tanah (karang), perspektif yang dihasilkan dari low-angle dan penggunaan wide lens akan membuat kubangan itu tampak berukuran jauh lebih besar. Demikian juga detail dari tekstur karang dan lumutnya bisa menjadi FG yang menarik. Hal ini hanya dapat dicapai jika kita mengetahui dan memaksimalkan depth of field (DOF) dari lensa kita dgn bukaan diafragma (aperture) se-kecil mungkin (f/22, f/20, f18, f/16) dan meletakkan titik focus pada jarak hiperfocal.

Kalau titik-titik focus pada kamera kita cenderung mengelompok ditengah dan kita sudah memilih titik focus yang paling bawah sekalipun tapi masih kurang kebawah, salah satu triknya adalah dengan memposisikan titik focusnya terlebih dahulu pada jarak hiperfokal, setelah mendapat "focus confirmation" dari kamera, set lensa ke "manual focus", kemudian baru kemudian kita melakukan komposisi (termasuk meluruskan horizon). Tentu semua ini dilakukan dgn kamera terpasang pada tripod agar jarak dari ujung lensa ke titik fokus tidak berubah. 


Contoh lain lagi
PS: Semua contoh-contoh foto dengan data EXIF yang masih intact (utuh), jadi bisa dilihat penggunakan focal lenght dan aperturenya.


Contoh yang lain


Banyak contoh yang saya gunakan disini menggunakan format vertical, karena, menurut saya, penggunaan atau memasukkan element2 atau object dalam frame dalam suatu very-low-angle shot akan membuat lebih berdimensi jika di shot vertical.





No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...